Jakarta – Ketua Umum Perhimpunan Pergerakan Jaringan Nasional Aktivis 98 (PPJNA 98), Anto Kusumayuda, menyampaikan pernyataan bernas dan simbolik terkait peran Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad dalam dinamika politik nasional. Dalam pandangannya, Dasco tak ubahnya seperti Mahapatih Gajah Mada—sosok legendaris dari Majapahit—yang menjadi simbol pemersatu kekuatan Nusantara.
“Bila dalam sejarah Nusantara ada Gajah Mada, maka dalam konteks kekinian, Sufmi Dasco Ahmad adalah Mahapatih bangsa ini. Ia menjadi jembatan, penghubung kekuatan politik nasional, dan tokoh di balik stabilitas elite nasional pasca-Pemilu,” ujar Anto, hari ini.
Anto menggarisbawahi bahwa posisi Dasco di parlemen dan di internal Partai Gerindra bukan sekadar struktural, melainkan juga strategis. Ia menilai Dasco mampu menjalin komunikasi lintas partai, menjembatani kepentingan elite politik, dan menjaga keseimbangan antara Presiden terpilih Prabowo Subianto dengan para kekuatan sipil, militer, maupun akar rumput.
Menurut PPJNA 98, di tengah suasana sosial-politik yang kerap terpolarisasi, figur seperti Dasco sangat dibutuhkan. Ia dianggap sebagai sosok yang tenang, rasional, tetapi juga efektif dalam membangun konsolidasi dan menghindari fragmentasi kekuasaan.
“Banyak orang tidak menyadari bahwa Dasco bekerja dalam senyap, tapi hasilnya nyata. Ia bukan politisi gaduh. Ia adalah arsitek komunikasi kekuasaan di balik layar yang mampu membuat kekuatan-kekuatan politik tetap utuh dan bergerak dalam satu arah,” tambah Anto.
Anto bahkan menyebut, bila Indonesia menerapkan sistem parlementer, maka posisi Dasco sudah sangat layak disebut sebagai Perdana Menteri informal karena begitu sentral dan dominan dalam penyusunan arsitektur pemerintahan dan politik pasca-Pemilu 2024.
Karier Sufmi Dasco Ahmad yang bermula dari dunia hukum sebagai advokat, kemudian menanjak menjadi legislator, lalu Wakil Ketua DPR RI, hingga Ketua Harian DPP Partai Gerindra, menurut Anto, mencerminkan jejak seorang negarawan modern.
“Gajah Mada adalah tokoh yang tidak menjadi raja, tetapi menentukan arah sejarah kerajaan. Dasco pun tidak duduk di kursi presiden atau menteri, tapi tangannya menjangkau semua keputusan penting bangsa ini,” tegasnya.
PPJNA 98 meyakini, Dasco bukan hanya aktor penting di Partai Gerindra, tetapi juga sosok yang akan memegang peran sentral dalam penguatan stabilitas nasional menjelang pelantikan presiden-wakil presiden dan pembentukan kabinet Prabowo-Gibran.
Ke depan, Indonesia akan menghadapi tantangan besar di bidang geopolitik global, ketahanan energi, hingga pemerataan kesejahteraan. Menurut Anto, figur seperti Dasco akan sangat diperlukan untuk merumuskan arah kebijakan nasional secara pragmatis namun tetap berpijak pada ideologi kebangsaan.
“Keberadaan Dasco ibarat poros. Ia bisa mengikat yang berseberangan menjadi satu kekuatan. Ini mirip konsep Sumpah Palapa—mengarahkan seluruh energi nasional ke satu visi: Indonesia Maju,” pungkas Anto.