Manis tidak selalu menyehatkan, pahit tidak selalu menyakitkan. Kepahitan seringkali dihindari dianggap racun. Adalakalanya pahit itu juga menjadi obat. Dalam hidup dan kehidupan ada orang yang menjadi pil pahit yang dikatakan tempered radical.
Tempered radical dapat dipahami sebagai seseorang atau kelompok atau golongan yang diluar dari main stream, yang berpikir berbeda “out of the box” yang mungkin dianggap aneh cara pandangnya diluar cara mememandang pada umumnya “vokal tetapi loyal”. Yang menganut nilai-nilai yang berbeda dengan yang lain dan yakin untuk berjuang untuk menegakannya. Orang-orang yang tergolong tempered radical memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap institusinya, walau kadang dianggap sebagai duri dalam daging.
Mereka mengkritisi, membuat otokritk yang pahit dan keras namun, itu sebagai obat. Ibarat memasukan virus, memberi pil pahit bukan untuk mematikan melainkan untuk kekebalan dan kekuatan serta ketahanan. Merekalah sebenarnya sebagai early warning system untuk perbaikan institusi. Mereka peka akan potensi potensi penyimpangan atau kemapanan yang memabukkan. Dalam birokrasi yang patrimonial dan sarat dengan nuansa feodalisme yang mengekor tanpa mampu menggunakan logika. Tidak tahu keutamaan dan buta arah maupun tujuan. Ndoro cant do no wrong, loyalitas mati. Semua pokok e semua waton suloyo. Siapa berbeda dilabel tidak loyal akan disingkirkan atau dikatakan pembangkang bahkan penghianat. Orang-orang tempered radical biasanya akan disingkirkan, dianggap benalu, bahkan bisa dimatikan hidup dan penghidupanya. Karena dianggap sebagai pengganggu kenyamnan dan kenikmatan yang sleama ini dinikmatinya.
Kaum safety player nampaknya loyalis, patriotis namun sejatinya merekalah yang membinasakan. Kaum ini model balung kere ambruk bareng. Mereka biasanya kaum yang mencari enaknya dan mencari untungnya saja bagi diri dan kroninya. Numpang madhang modal cangkeman. Sawrgo nunut nroko endo. Menjilat dan hidup dalam ketiak orang lain. Tatkala diadu maka yang dilakukan lempar batu sembunyi tangan. Tidak akan memiliki kepekaan apalagi kepedulian. Kaum ini penakut bahkan pengecut, kutu loncat dan berteriak kritis tatkala tidak kebagian. Diam ketika mblegedhu kekenyangan. Mbulet ruwet ikut ngrusuhi dan hanya cari peluang aman. Nyalinya mencari kesempatan dalam kesempitan. Nggandhul sana nggandul sini. Lagu kesukaannya di sini senang di sana kebagian. Kebanggaannya semu sarat kepura puraan yang diperbuat sebatas untuk seremonial dan supervisial atau dikata pseudo.
Mereka cinta kekuasaan tidak mencintai pekerjaannya, jelas jelas tidak membanggakan. Yang dipikirkan bagaimana dapat mengais sumber daya. Dan ikut dominan dalam pendistribusian sumber daya. Kekuasaan kewenangan dan kekuatannya dikerahkan bagi pasarnya wani piro oleh piro. Kaum ini rela membayar di muka asal dikemudian hari ikut mendominasi dan menguasai sumber sumber daya yang ada. Premanisme mafia di dalam dan di luar birokrasi akan berjajar bagai siput berlomba lari dengan kancil. Secepat sehebat larinya kancil tidak akan menang. Sehabat sekuat apapun kaum tempered radical akan dilibasnya. Karena semua sudah ngoyot mengakar tersistematis ada di mana mana. Kaum ini terbeli dan tidak ada lagi harga diri. Kaum waras tanpa kaum tempered radical menjadi lemas memalas pasarah diam daripada ribut gaduh toh tidak ada gunanya. Semua juga direstui dan dilindungi ndoronya. Di sinilah kaum tempered radical membela berjuang sebagai patriot bagi yang lemah atau yang dilemahkan dengan kezoliman.
Safety player tatkala diadu maka rekayasa akan dilakukan bahkan akan membeli wasit dan musuhnya agar semua dapat dipertontonkan memenangkan mereka. Kaum ini sudah terlanjur merajalela menjadi naga yang sangat berkuasa dan memelihara kaum safety player di mana mana. Idealismenya hanya sebatas kata namun otak dan hatinya lagi lagi baigaimana mengenyangkan diri dan kroni. Kaum tempered radical sejati akan berjuang mengusir kabut hitam hingga pergi walaupun dirinya mati.
Dalam mengembangkan dan membangun inisiatif anti korupsi dan membangun capacity building, orang-orang tempered radical haruslah ditemukan terlebih dahulu sebagai penjuru, pilar-pilarnya, agen-agen perubahan, baru bangun sistemnya. Karena mereka akan berani menyuarakan sebagai agent agent perubahan. Mereka kritis dan berani mengkritisi terutama potensi potensi yang menyimpang jauh dari keutamaan.
Mengapa demikian? Orang yang tergolong tempered radical ini sebagai pejuang yang berani menjadi fighter melawan arus bahkan, sang naga preman birokrasi. Disitulah letak loyalitasnya, dalam menegakkan keyakinan dan kebenaran yang diyakininya walaupun susah payah dan mengalami banyak kesulitan di jalan terjal berliku tetap gigih untuk terus maju, pantang menyerah. Walaupun tahu dirinya bisa menjadi korban bahkan dikorbankan.
Militansinya tidak diragukan lagi bagi kemajuan dan kekuatan organisasi untuk tumbuh menjadi sehat, rasional dan anti KKN. Tidak serta merta dengan mudah menemukan orang-orang tempered radical, namun memberi peluang dan apresiasi kepada orang-orang yang baik dan benar untuk dapat hidup tumbuh dan berkembang, sehingga kualitas mereka akan terus meningkat.
Proses memberi tempat bagi orang baik dan benar sangatlah efektif untuk menemukan para tempered radical. Tatkala mereka memimpin maka loyaitas,ketulusan hatinya, kepekaan dan kecerdasan berpikirnya bermanfaat bagi kemajuaan institusi.
Point point penting tempered radical antara lain :
1. Cinta dan bangga kepada institusi
2. Berjuang di jalur keutamaan
3. Kritis terhadap penyimpangan
4. Menyuarakan sebagai early warning
5. Berbasis kesadaran dan tanggung jawab
6. Tidak atas kebencian
7. Tidak tendensius atau ditunggangi kepentingan
8. Demi kebaikan dan perbaikan
9. Kritik yang membangun dan solutif
10. Inspiratif, mencerahkan dan dialogis
Kaum tempered radical ini akan menjadi penjaga kehidupan dalam berbangsa dan bernegara dalam negara yang berdaulat adalah untuk membuat bangsa itu berdaya tahan berdaya tangkal bahkan berdaya saing.
Kehidupan berbangsa dan bernegara ditandai adanya peradaban. Peradaban seringkali disalah maknai dengan sebatas teknologi, di dalam peradaban ada etika logika estetika dsb, walaupun kompleks namun bukanlah sesuatu yang abstrak.
Peradaban ada dan digunakan dalam kehidupan manusia terutama dalam hidup bersama dan mengeksploitasi maupun memberdayakan sumberdaya.
Tingkatan atau strata peradaban ditunjukkan dari semakin warasnya para pemegang otoritas untuk mampu mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegera mensejahterakan memberikan keamanan dan rasa aman serta mendukung bagi meningkatnya kualitas hidup manusia.
Peradaban direfleksikan pada banyaknya kaum tempered radical yang berani dan mampu mengontrol atau menyuarakan kebijakan kebijakan publik yang mulai tidak waras. Kebijakan publik yang waras merupakan standar peradaban. Karena kebijakan tersebut bukan pokok e yang sarat dengan subyektifitas dan potensi penyimpangan. termasuk
“Tunggak Jarak Mrajak Tunggak Jati Mati”
Pohon jarak nampak rapuh, penuh getah, namun berapa kali dipatahkan atau ditebang sekalipun akan tetap hidup kembali. Sebaliknya pohon jati yang begitu kuat, dipangkas atau ditebang ia akan mati. Pepatah jawa tentang ” Tunggak Jarak Mrajak, Tunggak Jati Mati “, mengingatkan kita semua bahwa mengandalkan kekuatan manusia atau dunia dengan pangkat, jabatan, kekuasaan, kekayaan, kepandaian sekalipun ada ada kelemahannya. Seperti pohon jati ditebang kemuadian mati. Sebaliknya orang yang biasa biasa saja nampak lemah bahkan tanpa pangkat, jabatan, kekuasaan maupun kepandaian sekalipun, tatkala dalam belas kasih Yang Maha Kuasa akan terus hidup tumbuh dan berkembang, sekalipun ditebang. Itu menunjukan bahwa fox populi fox Dei, suara rakyat, suara Tuhan. Sekalipun dilecehkan dilemahkan, dimarginalkan bahkan dimatikan kehidupannya sekalipun tetap akan ada. Ratu iku anane mung winates, kawulo tanpo winates. Kekuasaan itu terbatas dan amanat dari rakyat.
Alangkah durhaka dan durjananya tatkala yang diberi amanat malah berkhianat. Jumawa semau maunya seakan semua milik pribadinya, merasa sebagai matahari yang mempunyai segala sumber energi. Semua sumber daya dieksploitasi digunakan bagi diri dan kroninya. Mereka yang demikian lupa, orang Jawa mengatakan lali. Lali dalam bahasa jawa dikatakan gila karena tidak waras. Kaum gila kekuasaan, jabatan biasanya lali jiwa dan menghalalkan segala cara. Pikiran perkataan dan perbuatannya tak jauh dari harta, wanita, tahta.
Kaum tinggi pangkat derajat dan kastanya kuat dalam dunia namun sekali sengat terkapar hingga menggelepar gelepar. Kuasa membutakan membuat lupa karena dipuja dihormati di sana sini, sehingga lupa diri. Rasa dirinya mematut sebagai malaikat maut, dewa yang berkuasa, lupa dunia ini fana. Menginjak sana sini, tabur pesona dengan kata kata manis dan mulia namun penuh bisa. Tak akan ada sesuatu yang dikata bijaksana, adanya mengancam, memerintah, marah bagai hantu blau mengerikan bagi siapa saja di bawahnya. Sebaliknya untuk melanggengkan kuasanya rela menjilat ke atas bagai ular dengan lidah bercabangnya. Gaya katak berenangpun dilakukan menginjak ke bawah, menyepak ke samping dan menjilat ke atas. Semakin tinggi semakin tidak rukun, smakin tidak solid, baperan, mudah terluka dan mudah melukai engan instropekdi diri terus menerua mengembangkan dendam dan iri dengki. Tak ada lagi sahabat yang ada hanya penjilat. Di sinilah ditunjukkan tunggak jati mati.
Kaum tempered radical sejatinya menjadikan kuat walau diserang dipatahkan tidak akan mati. Bisa saja nampak nampak sebagai kaum andahan, kaum biasa bahkan rakyat jelata yang biasa menderita, justru memiliki empati, kepekaan kepedulian dan bela rasa. Mereka tulus hati tanpa kepentingan. Bersahabat ketawa ketiwi, cuawakan tanpa jaim, berbagi apa saja nyah nyoh. Solid dan rukun. Slow tidak baperan, terbuka, jujur dan guyub saling membantu. Sahabat sejati, bagai bersaudara seumur hidup. Setia kawan pun ditumbuh kembangkan. Di sinilah kaum tempered radical sejatinya bagai tunggak jarak mrajak.
Fajar Lembah Someah 300323
Tinggalkan Balasan