SURABAYA – Sarasehan dan diskusi kebangsaan dengan tajuk Peran Pemuda dalam Mewaspadai Kamuflase HTI dan Bahaya Faham Khilafah digelar di Pondok Pesantren Luhur Alhusna, Jemur Wonosari, Surabaya.

Acara ini sebagai bentuk penolakan terhadap kebangkitan kembali Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), organisasi yang telah dilarang pemerintah.

Ketua Himpunan Santri dan Pemuda (HISAP) Jawa Timur Abdul Holil mengatakan, penolakan keras terhadap gerakan HTI yang menggunakan berbagai nama lain sebagai kamuflase untuk menyebarkan faham khilafah. Menurutnya, keberadaan HTI dapat mengancam ideologi Pancasila serta memicu disintegrasi bangsa.

Sehingga, ia mengajak seluruh masyarakat, khususnya di Jawa Timur, untuk mewaspadai dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda tersebut. Utamanya dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 ini.

“Kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban, terutama menjelang Pilkada Serentak 2024. Dengan kondusivitas yang terjaga, kita menunjukkan komitmen pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegas Holil saat ditemui Suara Merdeka Surabaya usai diskusi, pada Selasa, 29 Oktober 2024 malam.

Dalam kesempatan itu, hadir pula Roni Fauzan, mantan anggota HTI, turut memberikan pernyataan dalam acara tersebut. Ia mengungkapkan, harapannya agar Indonesia terus berkembang menjadi negara yang aman dan damai, seraya menekankan pentingnya menjaga kondusivitas selama Pilkada.

Roni juga menyatakan, bahwa masyarakat perlu memahami bahaya disintegrasi bangsa yang bisa ditimbulkan oleh ideologi transnasional seperti khilafah. Ia berpesan kepada setiap orang tua, untuk mengawasi putra-putri di kampus. Sebab, di era digital saat ini mahasiswa baru rentan akan faham-faham yang melenceng dari nasionalisme.

“Kita perlu terus menyadarkan masyarakat mengenai bahaya HTI dan ideologi transnasional yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu, penting bagi orang tua untuk lebih waspada terhadap pendidikan anak-anak, terutama di lingkungan kampus,” ungkapnya.

Pengasuh Yayasan Bumi Miring Nusantara KH Sholahuddin Azmi menekankan, pentingnya menjaga generasi muda agar tidak mudah terpengaruh oleh paham yang bertentangan dengan prinsip Nahdlatul Ulama. Ia mengingatkan, agar kader NU tidak tergoda dengan ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan tradisi dan budaya bangsa.

“Kita sudah punya identitas sebagai umat Islam yang berlandaskan prinsip rahmatan lil alamin. Jangan mudah terpikat oleh aliran baru yang hanya mengimpor paham-paham asing yang tidak sesuai dengan tradisi Indonesia,” jelas Tokoh Agama yang akrab disapa Gus Udin ini.

Sedangkan, Ahmad Maududi Maschan, Ketua Panitia acara menyatakan, kegiatan ini adalah fondasi awal dalam memberikan edukasi kepada pemuda terkait bahaya faham khilafah dan pergerakan HTI. Ia berharap pemerintahan baru nantinya tetap tegas dalam mengawasi dan menindak segala bentuk gerakan yang berpotensi mengancam keutuhan NKRI.

Maududi menyebut, kegiatan tersebut diikuti puluhan santri dari berbagai kampus di Surabaya dan sekitarnya. Antusiasme para peserta terlihat dalam diskusi yang berfokus pada upaya deradikalisasi faham khilafah serta penguatan nilai-nilai kebangsaan.

Dengan adanya acara seperti ini, pihaknya juga berharap, masyarakat terutama kalangan muda, semakin paham dan waspada terhadap potensi bahaya disintegrasi bangsa yang disebabkan oleh faham dan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. Sehingga, untuk menekan potensi paham radikalisme itu, pihaknya berkomitmen menjadi garda terdepan untuk mencegah di lingkup kampus melalui santri-santrinya.

“Kami berkomitmen untuk berada di baris terdepan dalam menjaga generasi muda dari ancaman radikalisme. Kami juga berharap pemerintah dapat mendukung kami dengan program-program yang melindungi pemuda dari pengaruh ideologi terlarang,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.