Jakarta – Polemik terkait perubahan siaran Adzan Maghrib di Televisi Nasional diganti menjadi running text bersamaan dengan pelaksanaan Misa Akbar Paus Fransiskus masih terus muncul khususnya disuarakan oleh elemen Islam kanan yang selama ini aktif mengkritisi kinerja dan kebijakan pemerintah seperti FPI, PA 212, GNPF Ulama dan afiliasinya. Beberapa diantaranya bahkan mendorong isu provokatif mengarah tendensius dengan menggunakan narasi – narasi politisasi agama.

Dilain pihak ada juga beberapa tokoh yang menganggap bahwa kebijakan tersebut tidak perlu dipermasalahkan mengingat kumandang adzan yang sejatinya dilaksanakan di Masjid dan Mushola tetap berjalan dan tidak ada pelarangan apapun. Salah satu tokoh yang awalnya menyuarakan penolakan atas kebijakan penggantian adzan tersebut yakni Koordinator Tim Pembela Ulama dan Aktivis Eggi Sudjana justru menyayangkan sikap sebagian masyarakat yang masih terus berpolemik atas masalah yang tidak seharusnya, karena masih banyak persoalan dan tantangan bangsa yang perlu kita hadapi bersama.

“Pada awalnya kita menolak kebijakan penggantian adzam menjadi running text karena ada kekhawatiran bahwa hal tersebut akan terjadi secara terus menerus dan menjadi bagian dari upaya sistematis untuk melakukan pembatasn atas kegiatan agama khususnya muslim,” ujarnya.

Namun setelah mendengar penjelasan dari pihak terkait dan melihat adanya upaya dari pihak tertentu yang ingin memanfaatkan situasi, maka pihaknya meminta kepada masyarakat untuk tidak lagi berdebat terkait hal adzan.

“Karena sejatinya panggilan sholat sudah ada di dalam hati para muslim dan muslimah.” tuturnya.

Terakhir pihaknya berharap agar kita hanya semangat dalam berdebat atas kebijakan yang kita anggap tidak sesuai tetapi sama juga harus sama semangatnya untuk kita memikirkan solusi bagi bangsa untuk bisa tumbuh dan membangun lebih baik.

Temukan juga kami di Google News.